YAYASAN PURA MAJAPAHIT

KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : C-832.HT.01.02.TH.2006

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

YAYASAN PURI SURYA MAJAPAHIT

SEJARAH

Yayasan/fondation ini di dirikan untuk melindungi tempat LELUHUR MAJAPAHIT atau Pura Majaphit di dalam PURI SURYA MAJAPAHIT, yang selama ini di lecehkan bahkan di tutup/disegel tanpa alasan yang jelas, berdasarkan SKB Menteri Agama dan Mendagri dengan tidak berdasar Pancasila dan UUD .

Padahal tiap RUMAH/GRIYO/PURI/PURO dan lain-lain dari Keluarga Majapahit harus punya tempat Leluhur yang di sebut PURA/MERAJAN/ KAWITAN dan lain-lain, yang kebetulan lestari di Bali dan sebagian kecil di Jawa yang disebut ” BUDAYA KEJAWEN “ dimana orang masih menghormati Leluhur yang di sebut Dang Hyang/Dah Hyang/Danyang/Bibit kawit/Kawitan suatu desa.

Yayasan Puri SURYA MAJAPAHIT bergerak dalam bidang “PELESTARIAN BUDAYA” bukan Agama. Sebelum punya yayasan, Kami sering di “DI GEBUG” orang mengatasnamakan agama, bahkan mau dirobohkan, malah mau ditutup oleh MUSPIKA. Demikian ironisnya leluhur kita yang belum kenal agama islam (karena masuk abad – 15) dan para leluhur di-”CANDI” kan karena Beliau dibakar/NGABEN dan abunya di larung ke laut (ADAT BUDHO), selanjutnya dibuatkan Candi/Pelinggih/Pura untuk ber-Stana. Candi Beliau di hancurkan dan di larang di buat dalam rumah untuk di SEKAR/UPACARAI. Untuk itu Kami menjelaskan tentang Yayasan ini, semoga semua pihak mengerti dan memaklumi.

YAYASAN PURI SURYA MAJAPAHIT

Kantor Cabang; Jl.Puri Gading A-1 Jimbaran Bali Telp.0361-704725

GUBERNUR BALI BAKESBANG LINMASDA NO INV. :220/243/KBPM/Org

========================================================

SELAMAT DATANG MAJAPAHIT ABAD 21

Welcome to media Majapahit Independen WordPress.com.

grp Hong Wilaheng Awignamastu luputa salah lan sandi luputa dendang tawang-towang jagad pramudya dewa bathara buana langgeng. Sukses untuk Anda semua dikehidupan yang sekarang. Media ini hanya sarana untuk diketahui bahwa Majapahit itu masih ada. KEMBALINYA MAHKOTA MADJAPAHIT menandakan bahwa dunia masih melihat bukti kasunyatan. Dulu tidak ada yang mengungkap karena kebebasan berbicara diikat, supaya kawula Majapahit menjadi tetap tidak tahu sejarah bangsa sendiri. Padahal sejarah mengatakan Kita bangsa yang besar, Masa penjajahan Gujarat Arab dan India disusul Penjajahan oleh Bangsa Eropa sekian Ratus tahun membuat kita tidak bangga lagi dengan Adat dan Budaya Nusantara. Suku, Agama, dan Ras yang beragam jangan jadikan untuk mudah dipecah belah oleh oknum atau kelompok yang ingin menghancurkan Pancasila ajaran Majapahit. Ingat semua Agama di Nusantara di bawa oleh Pedagang. Bersatulah dalam “Naungan Sejarah” yang hebat dari bangsa ini. Salam sejahtera dan berbahagia…Rahayu untuk semua. Pesan dan amanat dari Paduka yang Mulia Hyang Bathara Agung Sri Wilatikta Brahmaraja XI Generasi MAJAPAHIT KINGDOM yang kesebelas, Abhiseka Raja Majapahit ke-9 supaya kita bangga dan mencintai Tanah Air yang kaya raya, subur makmur. Jadi media ini hanya memberikan informasi bahwa Majapahit itu “masih ada” adat, budaya, keturunannya yang menjunjung nilai moral yang tinggi dan berterima kasih dengan tanah kelahiran kita masing-masing supaya tidak dikutuk oleh Para leluhur atau orang tua (sengsara dan musibah hidup didunia) sebelum semua dilaporkan kepada Tuhan YME. Karena dunia dan isinya pasti ada penciptanya seperti kita dilahirkan atau diciptakan melalui kedua orang tua dan leluhur disimbolkan “lingga-yoni” yang didokumenkan pada foto atau handycam. Jaman dulu karena Mister Kodak belum lahir maka didokumentasikan dalam bentuk Pratima yang berada di dalam Pura/Keraton. Orang boleh punya persepsi atau analisa sejarah dengan pakar-pakar yang hebat dan intelektual tapi Majapahit juga punya sejarah keluarga. Jaman sekarang orang sudah pintar-pintar tapi seperti pepatah mengatakan jangan sampai “Pinter keblinger”. Orang bodoh jadi heboh.

PURA/KERATON MAJAPAHIT
Dimanapun Sri Wilatikta Brahmaraja XI berada menjadi Puri Surya Majapahit yang didalamnya ada sanggah/merajan tempat leluhur, ciri orang Majapahit harus punya merajan terdapat pelinggih-pelinggih stana leluhur yang kemudian dikenal dengan nama PURA. karena generasi Raja Majapahit kesebelas maka disebut Pura Ibu Kerajaan Majapahit Pusat dan diakui sebagai Parahyangan Jagad.

Penutupan Pura Majapahit Trowulan tidak menyurutkan Hyang Bathara Agung Sri Wilatikta Brahmaraja XI pimpinan Puri Surya Majapahit untuk terus berkiprah. Kini beliau bebas turun ke jalan memenuhi undangan dari Keluarga Besar Majapahit Nusantara untuk kirab dimana-mana untuk menyuarakan pelestarian budaya Pemersatu Bangsa.
Makna dari semua yang terjadi atas penutupan di Pura Majapahit Trowulan ternyata membawa Hyang Bathara bebas untuk kemana–mana dan berkunjung atas permintaan atau undangan para fans / pengagum kerabat Majapahit beserta benda–benda peninggalannya. “Saya ambil hikmah positifnya saja karena masyarakat masih banyak yang menghendakinya”. kata Hyang Brahmaraja. Jutaan benda peninggalan Majapahit adalah aset seluruh Bangsa dan bukan milik Agama tertentu “ ujar Hyang Suryo yang ber-Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI (Raja Majapahit 9 dari generasi ke-11). Sebagaimana diketahui Pura Majapahit di Trowulan yang dijuluki Pura Pancasila sama sekali tidak ada kaitanya dengan Agama tertentu tetapi sarana/wadah daripada pelestarian budaya.
Maka tidaklah benar jika kegiatan di Pura Majapahit di hubung – hubungkan dengan kegiatan untuk mempengaruhi para pengunjung untuk memeluk Agama tertentu. “Saya menolak jika dikatakan ingin meng-agamakan orang. Saya sendiri bukan hindu, bukan Islam dan bukan Kristen, bukan pemeluk Agama apapun. Saya ini penganut Siwa Buda”. tuturnya. Karena bukan merupakan kegiatan Agama maka tema Budaya pemersatu bangsa menurut Hyang Brahmaraja sangat tepat dalam pameran budaya yang di gelar di Lake View Hotel yang dipromotori Bapak Ketut Putra Nata S.Par dan masyarakat yang mengatas namakan Bali Aga. Kerinduan untuk berjumpa dengan sanak keluarga para kerabat diseluruh Indonesia yang sejak dahulu dipendam baru dapat diwujudkan dengan adanya penutupan Pura Majapahit Trowulan. Kini Brahmaraja bebas turun kejalan-jalan untuk mengadakan Kirab dan menyatu dengan rakyatnya, Beliau selalu menyelipkan pesan-pesan luhur terutama agar semua elmen bangsa kembali mengingat para leluhurnya demi keutuhan bangsa, persatuan dan kesatuan sebagaimana yang pernah diraih kerajaan Majapahit ini merupakan suatu contoh daripada penguasa yang sangat memperhatikan rakyatnya dan budayanya, ini terbukti dengan diterimanya beliau di semua lapisan masyarakat yang bersimpati atas kepemimpinan beliau dan kasih sayangnya sampai-sampai ada yang menginginkan untuk menjadi Presiden RI tapi Brahmaraja adalah simbol Nusantara simbol Raja, arab saja ada rajanya , Tapi SIAPA yang berani mengaku Raja Majapahit ??. karena masyarakat sudah muak dengan kondisi yang ada seperti sekarang.
“Saya adalah terkecil dari yang kecil dan Saya adalah yang terbesar dari yang besar” .Sabda sang Pandito Ratu. Bali sebagaimana penilaian sejumlah Sepiritualis merupakan perwujudan dari keutuhan adat dan budaya Majapahit. Hanya Balilah yang hingga kini tetap berpegang pada adat dan budaya warisan Majapahit sehingga kehidupan masyarakatnya selalu tentram dan damai. Kehidupan masyarakat Bali yang kukuh memegang dan menjalankan adat tradisi dan budaya leluhur maka segala bencana alam, konflik, penyakit yang menyerang tanaman tidak pernah terjadi tidak seperti di pulau Jawa. Seperti bunyi lontar bali “Sira Mpu Kuturan, Ingaranan Mpu Rajakretha Mahyuntha Anggawe Parhyangan Kabeh Sane Kagawa Wit Majapahit Kaunggahan Ring Bali Kabeh” kini dengan adanya penutupan dari pada Pura Majapahit di Trowulan terbukti seperti bunyi Lontar tersebut di pindah ke Bali. Banyak sekali hikmah, yang dihasilkan penyerbuan oleh Imam Karyono takmir Masjid Campa bersama dalangnya yang buta hukum dan sejarah besar bangsa ini juga oleh surat keputusan bersama menteri yang tidak jelas alasannya menutup Pura KAWITAN Majapahit Nusantara salah satunya bencana alam yang terjadi sekarang sesuai dengan ramalan. Dan warung sekitar Puri banyak yang tutup. Hikmahnya lagi Berdiri Pura Ibu Majapahit Jimbaran yang megah, unik, sakral dan tertinggi di Indonesia.

Dan Penyerahan Mahkota Majapahit yang di jarah oleh tentara santri Islam Demak yang seharusnya di saksikan masyarakat Trowulan sebagai situs asli Majapahit (ironis).

Terima kasih Karyono dkk, Nusantara dan Pancasila ada di bawah telapakmu yakni sariat ARAB. Toleransi yang diberikan oleh umat yang ada di Bali, karena sangat menghargai leluhurnya dimana dengan adanya adat sesajen yang diberikan untuk ibu pertiwi kita mendapatkan berkah dari tanah air, tidak seperti di Arab yang menghasilkan padang pasir. Dari kasus Trowulan, Umat Hindu di Bali (dicanangkan th 1961) sesuai pernyataan Ida Peranda Manuaba, inipun bentukan pemerintah arab untuk memecah belah / mendiskriminatif umat di Bali supaya mengecil).Umat hindu Bali harus dewasa dan berani bersikap, jika umat hindu terus polos dan “manut-manut wae”hanya tinggal menunggu waktu akan mengecil dan pada akhirnya habis.
NB; Bali adalah Majapahit, semua yang diterapkan di Bali berasal dari Majapahit bukan dari India Biarlah Bali di kasih lebel Hindu Toh Prakteknya adalah Siwa Buda yaitu ke leluhur Kawitannya biarpun di tuntun ke India ataupun Ke arab, keturunan Majapahit ini tetap memuja Leluhurnya atau orang tuanya di merajan masing-masing.
Pertanyaanya , “ Beranikah atau maukah menteri Agama dan menteri Dalam negeri membuat SK pembekuannya andai umat hindu menyampaikan keluhan-keluhan tempat ibadat non hindu atau mushala-mushala atau masjid yang banyak bertebaran didesa-desa ?”. Apa anda semua mbudek dan micek. Wahai Penguasa yang dikuasai oleh yang sok berkuasa atas nama kuasa…entah ??.